Blog Competition ASUS AMD - Laptop for Everyone

Ngomongin laptop yang sekarang saya punya, udah banyak kenangan dan perjuangan yang saya lewati sejak 2018, atau tepat 1 dekade yang lalu. Susah, senang, sedih, gembira, iri, bahagia, terkedjoet, dan masih banyak lagi ekspresi yang bisa diungkapkan bareng laptop ini.

10 tahun waktu yang nggak sebentar untuk sebuah laptop, alat elektronik yang selalu berkembang, yang selalu ditingkatkan teknologinya. Entah itu teknologi layar, kapasitas penyimpanan, apalagi teknologi prosesor dan grafisnya.

Laptop saya memang sudah tergolong uzur dan jadul, dengan spesifikasi prosesor dual core, integrated graphics, RAM 2 GB (sudah di-upgrade, awalnya "hanya 512 MB), dan kapasitas penyimpanan yang "cuma" 200 GB. Kebayang kan, di era sekarang yang serba digital, saya harus "ngirit" nyimpen data yang ada di laptop.

Kayaknya 1 dekade usia laptop saya harus diakhiri sampai disini, dan untuk itu saya ingin berbagi, kilas balik 1 dekade laptop lama saya.

2008 - awal membeli laptop, awal kuliah, dan awal ngekos

Laptop melengkapi isi kamar saya yang "cuma" berisi lemari, kasur, dan kipas angin. Tadinya temennya cuma HP (feature phone) yang cuma bisa memutar (maksimal) 10 lagu mp3. Di awal-awal punya laptop, seringnya dipake buat nyetel lagu doang >.<

2009 - awal mengenal kuliah lebih dalam

Suka jadi panitia kegiatan, laptop dibawa-bawa

Laptop sering dibawa ngampus buat ngopy file bahan kuliah, buat ngerjain laporan praktikum bareng (kadang bukan ngerjain, tapi nyalin), plus mulai buat nonton film/video yang di-copy dari warnet.

2010 - gagal main game di laptop :(

Laptop mulai sibuk dipake untuk urusan organisasi dan PKM, di samping kuliah yang tetep jalan. Temen-temen ada yang ngenalin main PES di laptop, tapi apa daya, dipake main PES versi lawas (2006), gerak pemainnya kayak slow motion. :(

Mulai suka ngedit-ngedit foto juga pake Photoshop, hasil beli buku di Gramedia.

2011 - dibawa KKN, harus ganti layar

Dibawa KKN di Magelang, nggak ada angin nggak ada hujan, kesenggol dikit sama bocah di tempat KKN, eh layar bergaris. Minta ganti layar -> keluar 1,5 juta. Mulai keracunan nonton serial televisi di laptop (nonton serial Supernatural: Sam & Dean Winchester)

2012 - dibawa terbang ke Aceh

Dibawa terbang ke Aceh

Di 2012, laptop kesayangan dibawa terbang jauh ke Ujung Barat NKRI (Lhokseumawe, Aceh Utara & Banda Aceh) dalam rangka Kerja Praktek di perusahaan pupuk (baca ceritanya disini). Pulang dari Aceh, mulai mendalami blogging karena "racun" temen yang kuliah di Informatika. Segala ditulis disana, foto tanpa edit, pokoknya macem-macem isinya. Hehehe... Proses skripsi malah terbengkalai

2013 - galau skripsi dan aktif blogging

Mulai ditinggal temen-temen kampus yang lulus duluan. Nggak mau ketinggalan jauh, mbuletin tekad deh buat ngerampungin skripsi di tahun itu juga. Laptop sering dibawa ke perpus kampus buat nyari dan nyatet referensi plus konsultasi sama dosen pembimbing. Alhamdulillah, lulus 2013 tercapai.

Mulai suka ngeblog & ikutan kuis di medsos

Galau skripsi sepertinya juga teralihkan berkat getol ikutan kuis dan ngeblog di tahun ini (bisa 70 artikel setahun)

2014 - buat cari lowker

Laptop banyak dipakai buat nyari-nyari lowongan, kesana-kesini, dibawa dari Pemalang - Yogyakarta lagi pake motor buat seleksi kerja. Alhamdulillah, nganggur nggak lama, sekitar 6 bulan. Waktu luang lainnya dipake buat nonton film juga :D

2015 - dipake training dari kantor

Laptop sering dibawa-bawa lagi ke Jakarta untuk training kerjaan dari kantor. Di-install aplikasi kantor mulai kerasa agak beratnya. Hmmm..masih bertahan, belum ngelirik "pilihan" lain.

2016 - mulai merintis "karir" lain

Mencoba merintis "karir" lain

Selain urusan kantor, sering disibukkan juga sama urusan kegiatan ormas di Desa Banglarangan, domisili saya sekarang. Karena udah beli kamera, sering dianggap sebagai "tukang foto", jadi mulai sering juga kenalan sama aplikasi pengolah foto dan video. Laptop mulai meraung-raung, mulai ngos-ngosan diajak kerja ngedit-ngedit untuk keperluan dokumentasi ormas atau untuk keperluan blogging.

2017 - mulai tergoda ganti laptop

Laptop mulai sering dipake ngeliat tutorial fotografi buat ningkatin kemampuan foto plus karena punya impian punya studio foto sendiri. Lumayan kayaknya, bisa buat sampingan atau buat profesi masa depan. Who knows? :D

Mulai ngerasa laptop udah perlu pensiun, karena engsel laptop juga udah berkali-kali patah, error, atau macet. Jadi sekarang laptop full di rumah, karena nggak bisa dibawa kemana-mana.

2018 - tekad mengakhiri era laptop lama (kejam ya, kayaknya? Mengakhiri.. :p)

Akhirnya memutuskan, tahun ini, di tahun ke-10 laptop saya, saya memutuskan untuk melirik produk baru lainnya, untuk menggantikan 1 Dekade Laptop saya.

Pengennya sih, minimal bisa bertahan untuk 1 dekade lagi, atau paling nggak 1 windu, deh. Hehehe..

Mikir-mikir, yang budget-nya nggak terlalu tinggi, tapi masih bisa dijangkau sama tabungan. Survei ke toko komputer, ngambilin brosur sana-sini, dan kayaknya kepincut sama ASUS dengan prosesor AMD. Alasannya kenapa?

Intinya gini:

1. Saya memilih merk ASUS karena: sepak terjang ASUS di Asia, khususnya Asia Tenggara

ASUS seakan sudah menjadi nadi dari sebuah komputer. Coba deh, buka PC atau laptop yang dipunya, dan liat motherboardnya. Hampir dipastikan buatan ASUS. Setelah notebook mulai mendunia pun ASUS mengikuti perkembangan tersebut dengan "menggempur" pasar Asia, dan sejak 2013 menjadi Brand Notebook No. 1 di Indonesia (berdasar survei IDC). Begitu juga di beberapa negara Asia Tenggara lainnya.

Reputasi ASUS di Asia Tenggara (screenshot dari ASUS Guide)

Nah, karena udah begitu terkenal plus mutu terjamin, saya nggak ragu buat milih merk ASUS.

2. Saya memilih merk ASUS lagi, karena: Garansi Global 2 Tahun

Sebagai orang yang lagi melirik calon pengganti laptop lama yang udah berusia 1 dekade, saya ingin mencari laptop lain yang ketahanannya setara, atau malah lebih baik. Dan ASUS sudah memenuhinya melalui pengujian-pengujian yang diberikan pada produknya, ditambah pemberian Garansi Global selama 2 tahun, yang artinya: di 2 tahun pertama, jika ada masalah pada laptop ASUS, kita dibebaskan dari segala biaya, baik biaya servis maupun biaya spare part. Benar-benar GRATIS. Lebih hemat kan biaya perawatannya, dan mengurangi kekuatiran harus ganti laptop lagi?

3. Saya memilih ASUS dengan prosesor AMD karena: teknologi tinggi, harga terjangkau

Nggak dipungkiri harga masih menjadi salah satu faktor orang beli barang elektronik, khususnya laptop. Saya memilih laptop ASUS AMD sebagai pilihan karena AMD tetap memberikan sebuah performa tinggi untuk prosesor yang diproduksinya, dengan harga yang tetap terjangkau. Jadi kita bisa memilih laptop dengan spesifikasi yang tinggi, tanpa perlu menguras kantong terlalu dalam.

Itu alasan utama saya milih laptop ASUS AMD yang katanya punya tagline Laptop for Everyone. Sekarang buat tipe yang dipilih: kalo sebelumnya saya memilih ASUS X555QG untuk menggapai impian, kalo dipikir lagi sih kayaknya punya ASUS X550IK enak juga, nih, karena bisa mendukung beberapa aktifitas saya:

Menggapai impian jadi fotografer, untuk kerja, untuk blogging, plus untuk main game.

ASUS X550IK: pelopor entry level gaming

Memang, ASUS X550IK ini lebih ditujukan kepada konsumen yang menyukai gaming, makanya ASUS X550IK disebut sebagai pelopor entry level gaming. Kalo dipikir-pikir, kalo dipake gaming berat aja bisa lancar pake ASUS X550IK, kenapa tugas komputasi lain nggak bisa? Seperti mengolah video atau editing foto.

Selain itu, kalo lagi sumpek kan butuh hiburan lain, nah dengan punya notebook gaming ASUS X550IK, setidaknya saya bisa "mengobati" keinginan saya memainkan PES (Pro Evolution Soccer) sejak tahun 2010 yang sempat "tertunda" (baca lagi ke atas). Karena suka males ke rental PS dan laptop yang dipunya nggak bisa buat main game berat, saya sering diledek keponakan yang sering kalah kalo main PES di rumah dia. Paling nggak kan Om-nya ini minimal bisa ngimbangin anak jaman now. Hehehehe...

AMD FX-9830P: Varian tertinggi Mobile APU terbaru dari AMD

Sekilas tentang ASUS X550IK, notebook ini mengusung prosesor AMD FX 9830P yang merupakan seri tertinggi dari AMD APU Mobile generasi ke 7 dengan embel-embel sebutan Bristol Ridge. Prosesor bertenaga AMD itu disandingkan dengan pengolah grafis AMD Radeon RX560 yang menurut referensi mengalami peningkatan performa sebesar 31,6% dari GPU sebelumnya. Dan bayangin aja, kalo bekerja dengan kecepatan maksimal, GPU tersebut dapat melakukan 2,6 tera floating operation per detik! 2,6 tera itu = 2,6 triliun operasi per detik. Hmmm... Makanya saya percaya, kalo laptop gaming itu nggak rugi dibeli, karena bisa meng-handle tugas/penggunaan lainnya selain untuk main game.

Kombinasi AMD FX 9830P dan Radeon RX560: memberikan performa menakjubkan

Selain menggunakan grafis Polaris AMD RX560 dengan VRAM GDDR5 sebesar 4 GB, notebook gaming ini juga di-support sama RAM 8 GB yang bisa di-upgrade sampai 16 GB, lho! Plus Hard Disk sebesar 1 TeraByte. Jadi, saya nggak bingung buat nyimpen data kerjaan, plus "lega" kalo mau nginstall banyak game yang saya mau.

Buat yang suka editing kayak saya, keyboard ergonomis & touchpad yang luas dengan fitur smart gesture sangat-sangat membantu ketika digunakan, apalagi yang suka main game. Suara menggelegar juga sudah ter-include di dalam Notebook ASUS X550IK ini, berkat dukungan SonicMaster & AudioWizard Technology dari ASUS.

Teknologi SonicMaster dan AudioWizard Laptop ASUS AMD

Dengan layar sebesar 15,6 inch Full HD 1920 x 1080 piksel, notebook ini hanya memiliki bobot sekitar 2,45 Kg, sehingga nggak bikin berat kalo harus mobile.

Layarnya kurang gede? Sambungin aja ke monitor lain via port HDMI atau port VGA. Konektivitas di ASUS X550IK lengkap banget, kok, bahkan port USB 3.0 nya ada 3 buah, dan yang USB 2.0 nya ada 1. Banyak banget kan?

Dan yang pasti, dengan harga sekitar Rp 10.299.000,00 (sumber: Press Release ASUS AMD), di dalam ASUS X550IK udah ter-install Windows 10 Home 64 bit! Nggak perlu nginstall Windows bajakan deh, ya. Yuk, kita pakai software original ;)

Teknologi HVEC dari AMD untuk ASUS

Berikut spek ASUS X550IK lainnya secara singkat:

Teknologi HVEC yang membuat ASUS X550IK bisa memutar video beresolusi Ultra HD 4K dengan lancar

ASUS IceCool Technology yang membuat notebook tetap nyaman digunakan, tetap dingin karena dijaga agar suhunya tidak melebihi 35 derajat Celcius

ASUS SuperBatt Technology mendukung baterai 4 Cells 44 Whrs yang terpasang di ASUS X550IK, sehingga siklus pakai baterai lebih tahan lama.

Hmmm, jadi kesimpulannya adalah: dengan Notebook Gaming ASUS X550IK ini, saya bisa melakukan banyak kebutuhan komputasi saya hanya dengan 1 Laptop, sesuai tagline-nya Laptop for Everyone. Mungkin kalo saya tambahin lagi, bisa juga: Laptop for Everything.

Dan saya kira, ASUS X550IK bisa memulai era baru laptop saya, yang semoga bisa bertahan lama dan tetap handal digunakan. Aamiiin...

See you next time, moga-moga nanti bisa unboxing ASUS X550IK ini atau ASUS X555QG, ya...

Sumber gambar dan spesifikasi: ASUS Global, AMD, AMD Indonesia, & Press Release ASUS AMD
Kredit ilustrasi: Canva

Artikel ini diikutsertakan pada Blog Competition ASUS AMD - Laptop For Everyone yang diselenggarakan oleh bocahrenyah.com

Blog Competition ASUS AMD - Laptop for Everyone

"Raihlah impianmu walau sampai ke Negeri Cina"

Mungkin itu adalah modifikasi pepatah yang saya buat sendiri agar saya selalu semangat mengejar impian saya. Harusnya sih pepatahnya gini ya:

"Carilah ilmu walau sampai ke negeri Cina"

Yak, impian dan impian. Pasti, orang di dunia ini kan selalu memiliki impian. Tapi ada kalanya impian itu terwujud, ada kalanya impian itu terhenti di tengah jalan, ada kalanya impian itu juga diganti menjadi impian yang lebih realistis oleh Yang Maha Kuasa.

Saya merupakan salah satu orang yang memiliki impian. Menjadi seorang FOTOGRAFER dan memiliki STUDIO FOTO sendiri. Impian itu saya rintis sedikit demi sedikit sejak saya mengenal kamera smartphone, yang baru saya miliki mulai tahun 2010. Teman-teman kuliah yang sering menenteng DSLR saat itu saya anggap sangat keren dan menjadi pusat perhatian cewek-cewek >.< Sementara itu saya... Hmmmm...

Tapi saya tidak putus asa mengejar impian saya. Dibantu juga oleh hobi traveling yang suka kesana-kesini naik motor, bahkan nggak jarang solo traveling plus travel blogging (baca travel blog saya disini), saya malah membeli tripod terlebih dahulu yang saya sandingkan dengan smartphone untuk foto selfie saat di lokasi wisata.

Amunisi foto yang dibeli selangkah demi selangkah

The real camera pun akhirnya terbeli di tahun akhir tahun 2016. Dimulai dari foto nggak fokus, foto terlalu gelap, hingga foto terlalu terang menghiasi hasil foto saat awal memiliki kamera. Selama mempelajari settingan kamera, melalui tutorial video yang saya lihat, saya menyadari bahwa ternyata editing foto itu juga penting. Jadilah saya harus sering-sering membuka software editing foto macam Adobe Photoshop atau Adobe Lightroom. Selain itu, saya pun sedikit demi sedikit juga mempelajari software pengolah video seperti Wondershare Filmora.

Tapi, ketika saya membuka aplikasi-aplikasi itu, sering terdengar suara nggggiiiiiiingggg dari laptop saya, yang ternyata berasal dari kipas laptop. Hehehe.. Dilihat dari task manager, prosesor laptop sering bekerja keras dan kerja maksimal sampai 100%. Hmmm..jadi nggak tega. Tapi saya lebih nggak tega kalo kerjaan saya jadi molor dan terbengkalai karena kursor laptop bolak-balik muter-muter doang. Ujung-ujungnya, not responding. -_- Ya sebenernya saya maklum juga sih, laptop saya udah berumur, udah 10 tahun dengan prosesor dual core versi yang sangat lawas.

Laptop lawas udah kayak kipas angin

Kayaknya harus ngelirik perangkat baru deh, biar langkah meraih impian terus maju. Hmmm.. Laptop apa ya, yang kira-kira enak buat editing foto dan video, tapi enak juga di kantong, terus, bisa tahan lama, paling nggak 10 tahun juga (banyak banget sih, pengennya :P). Menjadi "fotografer"nya kan bisa dibilang udah hampir diraih, nah giliran punya studio foto dan perangkat editingnya yang belum.

Browsing sana-sini, kayaknya ASUS X555QG dengan tagline-nya Laptop for Everyone cocok jadi teman baru saya meraih impian.

Kok bisa? Yuk kita kupas kayak kulit kacang. :D

ASUS X555QG: AMD 7th Generation & Dual Graphics Technology (sumber: amd.id) Amunisi selanjutnya? :D

1. Saya mencari laptop dengan prosesor dan grafis yang kuat untuk editing foto dan video

ASUS X555QG disokong oleh prosesor AMD A10 APU (Accelerated Processing Unit) generasi ke-7 dengan sandi Bristol Ridge. Selain itu, integrasi AMD Radeon™ R5 Graphics + Radeon™ R6 M435DX Dual Graphics with 2GB DDR3 VRAM membuat duet prosesor dan grafis tersebut dipastikan bisa mengangkat kinerja aplikasi pengolah foto dan untuk rendering video sehingga performanya menjadi dahsyat. Jangan lupa juga sokongan RAM sebesar 4 GB yang masih bisa di-upgrade.

2. Saya mencari laptop dengan layar yang nyaman buat berlama-lama editing foto dan video

Laptop keluaran terbaru yang beredar di pasaran, kebanyakan memiliki bentang layar 14 inch. Kalaupun ada yang 15 inch, kadang malah membuat dilema, karena:

a. Harga masuk di kantong, tapi spesifikasi nggak masuk buat kebutuhan saya

b. Spesifikasi sesuai kebutuhan, eh...harganya selangit, nggak masuk di kantong

Layar Besar, Warna Tajam, Konektivitas Lengkap

Nah, ASUS X555QG nggak membuat saya larut dalam dilema, karena spesifikasi layar 15,6 inch yang nyaman buat editing, ditambah teknologi ASUS Splendid yang membuat warna dan temperatur warna hasil bidikan kamera menjadi akurat (yang sangat penting untuk editing foto). Jadi nggak "sepet" matanya kalo harus editing foto lama-lama. Eh,, tapi walau layarnya besar, ASUS X555QG bobotnya cuma 2,2 Kg, lho..

3. Saya mencari laptop dengan konektivitas lengkap untuk mendukung proses pengolahan foto atau video saya

Enaknya sih, kalo udah punya studio foto sendiri nanti, njepret modelnya sambil di-tethering ke laptop. Nah, untuk itulah konektivitas dengan perangkat lain menjadi penting, termasuk urusan kecepatan transfer data. USB 3.0 milik ASUS X555QG menjamin transfer data via USB menjadi ngebut, VGA port juga tersedia. HDMI nanti diperlukan kalo mau menampilkan hasil project ke tempat lain, TV ukuran layar besar misalnya. Plus udah include 3 in 1 card reader dan port RJ-45 untuk internet kabel (kali aja nanti udah terkenal, terus punya channel Youtube sendiri, kan harus punya internet kenceng :p).

4. Saya mencari laptop yang enak dibawa kemana-mana, dan untuk editing on site

Kalo udah terbiasa, untuk editing foto/video lebih mudah menggunakan kombinasi shortcut pada keyboard, seperti Ctrl + S untuk Save Project, Ctrl + G untuk Grouping Layer, dan lain sebagainya. Untuk itulah dibutuhkan keyboard yang ergonomis dan touchpad yang nyaman digunakan. 1,6 travel key distance pada keyboard ASUS X555QG dan teknologi smart gesture multi touch yang ditanamkan pada touchpad-nya, membuat ASUS X555QG nyaman untuk editing dimanapun dan kapan pun. Tinggal swipe sana, geser sini, perintah-perintah yang saya inginkan bisa mudah dieksekusi. Nggak repot bawa-bawa mouse.

Enak dibawa, nyaman digunakan, handal

Kalo memang darurat dan butuh editing video outdoor pun, ASUS menyediakan SonicMaster dan Audio Wizard yang memastikan hasil suara video saya mudah didengar dan tetap jernih. Long life battery juga siap menemani kalo saya harus membawa dan menggunakan laptop di luar ruangan, tanpa colokan listrik.

Ngomong-ngomong tentang dibawa kemana-mana, pasti banyak yang khawatir kalo sering bawa laptop kesana kemari. Nggak perlu khawatir, setiap produk ASUS yang dilempar ke pasaran, udah melewati serangkaian pengujian ekstrim, mulai Tes Abrasif, Tes Kebisingan, Tes Tekanan, Engsel, Goncangan, dan masih banyak lagi. Jadi aman deh, karena saya termasuk orang yang mobile.

5. Yang paling penting nih: saya mencari laptop yang fiturnya lengkap, plus harga masuk di kantong

Persis kayak di point 2: spek laptop yang diinginkan nggak selalu sejalan dengan budget yang ada di kantong. Tapi, ASUS X555QG ini beda. Pada umumnya, untuk kelas menengah, budget yang tersedia biasanya di atas 6 juta dan di bawah 10 juta, tergantung spesifikasi yang diinginkan. Nah, saya bisikin nih, dari katalog resmi ASUS di akhir tahun 2017, untuk spesifikasi yang saya inginkan di atas, harga ASUS X555QG dengan AMD® Bristol Ridge A10-9600P Processor mulai Rp 7.299.000,00 (DOS)*, sementara untuk "kakaknya" dengan AMD® Bristol Ridge A12-9700P Processor harganya mulai Rp 8.099.000,00 (DOS)*. Semua udah termasuk 2 tahun garansi global senilai Rp 1.250.000,00! Waow... Laptop for Everyone banget, kan?

Cocok banget kan, sama kantong. Saya kasih bocoran nih, kalo di toko komputer, biasanya harganya lebih rendah dari itu, lho.. :D

Kesimpulan: ASUS AMD adalah Laptop for Everyone

Satu tips lagi, dengan budget segitu dan spek yang ada, ASUS X555QG dengan tagline Laptop for Everyone-nya, merupakan laptop yang cocok  untuk Gaming dan Multimedia. Biasanya kan suka bingung nih, nyari di Google. Nggak usah repot cari referensi sana-sini. Buat pelajar dan mahasiswa, cocok banget kalo pake laptop ASUS X555QG ini.

Tripod udah, kamera udah, flash udah, laptop pengganti saya targetkan tercapai di tahun 2018 ini. :D

Amunisi baru studio foto

Update (17 Januari 2018): langkah meraih impian saya semakin dekat, dengan terbelinya seperangkat alat sholat, eh alat studio sederhana (softbox, lightstand, dan wireless trigger).

Semoga jika penggantian laptopnya bisa terpenuhi di 2018 ini, di 2019 nanti udah bisa buka studio foto sendiri dan menjadi fotografer sejati, deh..

Semoga lomba dari Blog Competition ASUS AMD ini bisa membantu terwujudnya impian saya, ya.. :D

Buat temen-temen yang juga sedang mengejar impian, jangan takut memiliki impian, teruslah berusaha menggapai impian itu, ya. :)

* = harga tergantung spesifikasi, bisa berbeda-beda
Sumber foto: ASUS & AMD Indonesia
Kredit pengolah ilustrasi: Canva

Artikel ini diikutsertakan pada Blog Competition ASUS AMD - Laptop For Everyone yang diselenggarakan oleh bocahrenyah.com

Fotografi. Banyak kenangan yang bisa diceritakan dari kata tersebut. Ada suka, ada duka. Duka ketika pernah ditolak waktu study tour SMA, karena masih memakai kamera film lawas, di tengah gempuran awal munculnya kamera digital.

Mewujudkan Mimpi menjadi Scott Kelby via Harbolnas (background dari Blowitfans)

Minat ke kamera dan dunia fotografi semakin membuncah sejak kuliah di Yogyakarta. Di tahun-tahun akhir kuliah, banyak teman-teman yang sudah menenteng kamera DSLR (yang terlihat keren) dan membuat saya ingin mencobanya. Dulu saya masih menggunakan kamera HP Sony Ericsson J105i Naite untuk mengabadikan momen sehari-hari.

Besarnya minat saya untuk mulai belajar fotografi membuat saya membeli tripod terlebih dahulu daripada kameranya! >.< Tripod murah meriah saya sandingkan dengan HP Sony Xperia SP saya plus tongsis dan penyangga. Paket tersebut sering saya bawa saat menjelajah, saat traveling sambil mengelola blog traveling saya.

Beli tripod duluan daripada kamera :D

Hingga akhirnya keinginan saya memiliki kamera benar-benar terwujud di akhir tahun 2015 saat saya meminang Fujifilm X-M1, sebuah kamera mirrorless yang saya anggap cukup mumpuni untuk belajar fotografi. Tahun berganti tahun, selain berusaha lebih menekuni ilmu fotografi (yang ternyata saya baru menyadari, masih banyak teman-teman yang cuma "modal kamera besar" yang penting keren, tapi ilmu fotografi nol), saya juga ingin melengkapi aksesoris penunjang. Flash/speedlite hadir di kotak penyimpanan, softbox made in sendiri, hingga garasi yang disulap menjadi studio mini.

Akhirnya bisa meminang Fujifilm X-M1

"Nyicil" perangkat, mulai beli sampai buat sendiri..

Saya bercita-cita suatu saat bisa menjadi Scott Kelby, salah satu tokoh fotografi yang telah menerbitkan beberapa buku fotografi, mulai dari fotografi lanskap, portrait, wedding, sampai street photography. Saya cukup tertarik mempelajari lebih lanjut ilmu product and portrait photography, karena bisa dieksplorasi cukup di studio foto saja, walaupun studio mini jadi-jadian seperti yang saya buat.

Yang kurang apa ya? Kira-kira nantinya pengen punya studio kayak gini. :(

Pengen punya studio foto kayak gini (ilustrasi via Pexels)

Tapi baru punya kayak gini :)

Tiap hari browsing sana, browsing sini, nyari referensi membuat studio sendiri di rumah. Saya pun mantap menyatakan bahwa:

Wishlist yang harus dipenuhi adalah perlengkapan studio lighting!

Uang, sedikit demi sedikit, adalah..di tabungan. Tapi, pengennya tabungannya nggak sampai terkuras habis. Pikir pikir pikir, baru ingat, ini bulan Desember. Yeaay..

Bulan Desember artinya waktunya Harbolnas! Alias Hari Belanja Online Nasional. 

Maraknya toko online yang diawali penetrasi internet di berbagai wilayah, memunculkan niat bagi e-commerce untuk memperluas pangsa pasarnya. Salah satu triknya adalah memprakarsai munculnya HARBOLNAS sejak 5 tahun yang lalu.

Bahkan di koran Suara Merdeka yang saya baca hari ini, Harbolnas 2017 ini akan diikuti 250 pelaku e-commerce, lho.. Waow!! Meningkat berkali-kali lipat dibanding kemunculan Harbolnas pertama yang mengadopsi promo semacam Black Friday di luar negeri.

Peserta Harbolnas sejak tahun 2012, terus meningkat (grafik via Katadata Indonesia)

Terus, dari 250 e-commerce itu, emang nggak susah mau milih belanja dimana?

Gampang, karena saya udah punya pilihan pasti dan cuma satu: Lazada Indonesia.

Kenapa di LAZADA?

1. Saya sudah pengalaman beli di Lazada dan pelayanannya sangat baik (baca ceritanya disini)

Kebetulan, beli HP murah berkualitasnya juga pas bulan Desember tahun lalu. Diskonnya nyampe 200 ribu, lho.

2. Tentu aja karena banyak DISKON

Di Harbolnas 2017, Lazada Indonesia memberikan banyak diskon besar-besaran. Diskonnya bakalan mengguncang semesta, deh. Apalagi "semesta"nya para wanita. Hehehe..

3. Dengan tagline Online Revolution, Harbolnas Lazada berlangsung lebih lama, hingga 3 hari (12-14 Desember 2017)

Online Revolution! Ayo belanja :D

4. Banyak keuntungan, diskon, dan promo, bahkan sebelum Harbolnas

Bayangin aja, sejak 11.11.2017, Lazada udah ngasih Diskon Menyambut Harbolnas, gimana pas Harbolnas-nya? Ada juga Konser menuju Harbolnas. Perhatian banget kan, sama pelanggannya? Pacar kamu kalah nggak? :p

Di Harbolnas-nya, pasti lebih banyak diskon dan promo, termasuk Pesta Hadiah Lazada, Bingkisan Tahun Baru, Buy 1 get 1, sampai eksklusif voucher, gratis ongkir, dan diskon up to 90%! Waoo.. Pantengin terus aja websitenya LAZADA, atau kamu bisa download dan install aplikasinya disini.

Pembayaran di Lazada juga mudah banget kok, kalo kesusahan, atau ada masalah pemesanan, tinggal kontak customer service-nya. Beres, deh.

Mupeng-in teman-teman buat belanja di Lazada udah, sekarang saya dong yang mau belanja. Wishlist saya untuk menjadi seperti Scott Kelby ada di antara 2 paket studio ini.

Pilihan Paket Studio dengan Softbox

Pilihan Paket Studio dengan Payung

Enaknya yang mana ya? Yang pake payung, atau pake softbox? Eh tapi, saya teringat ucapan Scott Kelby:

"Pencahayaan melalui softbox lebih mudah diarahkan ke model, daripada melalui payung yang cahayanya cenderung menyebar"

Ya udah, semakin mantap deh mewujudkan Pro One Paket Hemat Studio Advanced Personal Kit sebagai wishlist studio lighting saya di Harbolnas 2017 Lazada, apalagi ada #DiskonMengguncangSemesta, nggak khawatir kantong terkuras habis deh, pokoknya. Buat yang satu pemikiran dengan saya, dan semangatnya untuk belanja di Harbolnas menggebu-gebu, boleh juga ngeliat dan beli produk studio lighting yang sama dengan yang saya inginkan via link affiliasi Lazada saya disini.

Mimpi memiliki profesi yang sama seperti Scott Kelby menjadi selangkah lebih dekat kalo saya udah bisa mewujudkan wishlist saya di Harbolnas 2017 ini. Di Harbolnas tahun depan tinggal buat wishlist lagi, deh. Ahahahaa..

Selamat berburu di Harbolnas, teman-teman. Pegangan yang kencang ya, karena bakal ada Diskon Mengguncang Semesta!

Dunia digital selalu berjalan dinamis dan mobile seiring perkembangan teknologi yang semakin canggih. Ditemukannya komputer, handphone, hingga penetrasi internet ke daerah-daerah pelosok mengubah dunia menjadi (hampir) tanpa batas. Pekerjaan sulit pun semakin terbantu dengan adanya teknologi canggih. Menurut Kambuna Story, ada beberapa tokoh teknologi dalam beberapa dekade ini yang mengubah dunia milenium. Siapa sajakah mereka?

Simak yuk, 5 Tokoh Teknologi yang Membawa Perubahan Besar di Era Digital versi Kambuna Story.

5 Tokoh Teknologi yang Membawa Perubahan Besar di Era Digital

Siapa yang tidak mengenal Bill Gates? Bill Gates adalah orang yang beberapa kali menduduki peringkat pertama sebagai orang terkaya di dunia. Pria yang sebentar lagi berusia 62 tahun ini memiliki kekayaan sekitar US$ 86 miliar, atau sekitar 1.160 triliun rupiah dan menjadi Orang Terkaya Dunia tahun 2017 versi Majalah Forbes. Nama Bill Gates mulai meroket sejak mendirikan perusahaan perangkat lunak Microsoft yang dirintis sejak tahun 1975 bersama rekannya, Paul Allen.

Ditemukannya perangkat lunak Windows oleh Microsoft, sangat memudahkan pengoperasian komputer karena telah memberikan antar muka berbasis grafis (Graphical User Interface) dan menjadi sangat familiar bagi pengguna komputer. Pengguna komputer tidak perlu mengetikkan kode-kode lagi untuk menjalankan perintah pada komputer. Sejak peluncuran Windows 1.0 pada 1985 hingga Windows 10 yang diluncurkan pada 2014, saat ini jumlah pengguna Windows sebagai basis sistem operasi komputer/laptopnya menguasai 52,02% berdasarkan Stack Overflow "Web Developer Survey Results 2016". Pesaing terdekatnya adalah MacOS besutan Apple, dengan meraih 26,2% pangsa pasar sistem operasi komputer.

Bill Gates (foto: uploadvr.com)

Sejak kecil, Bill Gates memang telah menggemari dunia teknologi, hingga kejeniusannya membuat ia masuk ke Harvard University. Bill Gates tidak lama berada di Harvard University, dia drop out dari Harvard karena berusaha keras mengembangkan Microsoft yang didirikannya.

Saat ini, Bill Gates lebih fokus ke dalam dunia filantropi karena telah meninggalkan jabatannya di Microsoft. Meskipun telah menguasai pangsa pasar sistem operasi komputer dan perangkat lunak komputer lainnya, mungkin salah satu kekurangan besar Microsoft di era saat ini adalah tidak berhasil dalam membuat sistem operasi untuk smartphone. Windows Phone gagal di pasaran dunia.

Mungkin lebih banyak lagi yang tidak mengenal nama mereka. Lawrence Edward Page dan Sergey Mikhailovich Brin. Namun saat menyebut Google, pasti banyak yang mengenalnya sebagai empu-nya mesin pencarian, pusat segala informasi, sehingga di Indonesia dikenal sebagai Mbah Google, walaupun usianya baru menginjak 19 tahun.

Kepopuleran Google tidak lepas dari kerjasama antara Page dan Brin. Mereka pertama kali dipertemukan di Stanford saat mengambil program Ph. D. jurusan ilmu komputer. Ketidakcocokan saat awal bertemu akhirnya menghilang saat mereka sepakat untuk membuat sebuah mesin pencari (search engine) dengan misi "mengumpulkan informasi dunia dan membuatnya dapat diakses dan bermanfaat oleh semua orang".

Larry Page & Sergey Brin (foto: cnbc.com)

Banyak orang merasa dipermudah oleh produk-produk turunan dari Google di dunia serba digital sekarang, seperti surat elektronik Gmail, aplikasi peta Google Maps, hingga Sistem Operasi smartphone: Android OS yang merajai industri telekomunikasi beserta aplikasi lain yang ada di dalamnya.

Berkat kejeniusan dan kerja keras Brin & Page beserta jajarannya, sejak tahun 2012, Google.com menduduki peringkat satu sebagai situs web yang paling banyak dikunjungi di dunia versi Alexa. Youtube, situs penyedia video dan Blogger, situs layanan pembuatan blog (termasuk yang saya gunakan untuk blog ini)  juga masuk ke dalam situs populer yang sering dikunjungi masyarakat dunia.

Kesuksesan Google Inc membawa Sergey Brin dan Larry Page yang sama-sama berkewarganegaraan Amerika menduduki peringkat 12 dan 13 sebagai orang terkaya dunia 2017 versi Forbes dengan kekayaan sebesar US$ 40,7 miliar dan US$ 39,8 miliar di usia mereka yang baru 44 tahun.

Lahir di White Plains, New York pada tahun 1984 dan baru berusia 33 tahun, Mark Elliot Zuckerberg sudah memiliki kekayaan sebesar US$ 56 miliar. Kekayaan Zuckerberg diawali dari penemuan jejaring sosial yang dibuat untuk mahasiswa di kelasnya saat masih berkuliah di Harvard University. Namun, kepopuleran situs besutannya tersebut membawanya untuk mengembangkan jejaring sosial tersebut bersama beberapa teman sekelasnya di Harvard dan kemudian didirikan sebagai perusahaan swasta pada tahun 2004.

Mark Zuckerberg (foto: fastcompany.com)

Munculnya Facebook menenggelamkan jejaring pertemanan yang muncul terlebih dahulu seperti Friendster (generasi '90an pasti tahu Friendster) berkat pengembangan dan kelebihan yang terus dilakukan oleh Facebook. Proses pengembangan dan bisnis yang dilakukan Zuckerberg beserta rekannya memaksa mereka untuk memilih: mengembangkan bisnis atau meneruskan kuliah, yang akhirnya mereka memutuskan untuk memilih opsi pertama dan keluar dari Harvard.

Dengan pengguna bulanan mencapai 2 miliar orang di seluruh dunia, Facebook semakin merajai jejaring sosial di dunia selepas mengakuisisi aplikasi chat WhatsApp dan Instagram yang memfokuskan diri sebagai aplikasi berbagi momen lewat sebuah foto. Mark Zuckerberg pun semakin meraih mimpinya untuk connecting the world dan bring the world closer melalui Facebook.

Jumlah pengguna bulanan sosial media di dunia (foto: techcrunch.com)

Bukannya tanpa halangan, Facebook sebagai jejaring sosial yang digunakan di seluruh dunia sering mendapat gugatan terkait penyebaran berita hoax, provokasi, dan SARA. Namun, Facebook selalu berusaha menangkal penyebaran berita-berita tersebut dengan melakukan perbaikan dan penyensoran secara berkala.

Nah, itulah 5 Tokoh Teknologi yang Membawa Perubahan Besar di Era Digital versi Kambuna Story. Mereka terkenal karena usaha keras dan pantang menyerah. Walaupun terkenal kaya raya, tokoh teknologi seperti Bill Gates dan Mark Zuckerberg juga terkenal karena gaya hidupnya yang sederhana, lho..

Pilihan paket kursus di Dumet School

So, buat kamu yang ingin mengikuti jejak mereka membawa perubahan teknologi, baiknya kamu bisa menguasai dunia digital yang prospek ke depannya semakin menjanjikan. Topik-topik seperti Web Master, Web Programming, Web Design, Digital Marketing, atau Desain Grafis cocok buat kamu yang mau merintis karir dunia digital. Kalo merasa skill belum mumpuni, atau masih setengah-setengah, coba perdalam ilmu kamu via kursus aja, seperti di Dumet School yang menyediakan kursus website, digital marketing, dan desain grafis dengan jadwal yang fleksibel, belajar sampai bisa, dan gratis konsultasi seumur hidup. Kalian juga akan mendapatkan sertifikat kompetensi dari Dumet School saat kalian lulus.

Karir di dunia digital bukan lagi impian, kan? Dan kita bisa mengadopsi inovasi dari para tokoh teknologi yang membawa perubahan besar untuk dunia digital tadi. :D

Referensi: Bill Gates; Microsoft; Steve Jobs; Apple; Sergey Brin; Larry Page; Google; Mark Zuckerberg, Facebook